Minggu, 21 Juli 2019

TIDAK ADA REKONSILIASI DENGAN KECURANGAN, KEZALIMAN & PENINDASAN Oleh : Nasrudin Joha

TIDAK ADA REKONSILIASI DENGAN KECURANGAN, KEZALIMAN & PENINDASAN
Kita telah sepakat, mengambil pilihan berdiri tegak melawan setiap inchi kezaliman dan penindasan, tanpa memandang siapapun pihak di kubu rezim. Kita juga telah berkomitmen memperjuangkan kejujuran dan kebenaran, tanpa mempertimbangkan siapapun yang mengambil pilihan berdiri bersama kita, disamping kiri dan kanan kita.
Gambar mungkin berisi: langit, pohon, tanaman, awan, senja, luar ruangan dan alam
Ilustrasi
Kita juga telah sepakat, perjuangan ini demi menegakan agama Allah, menegakan kebenaran dan keadilan dan memerangi tirani dan kezaliman. Kita, tidak pernah memiliki niat hanya berjuang untuk mendudukkan seseorang atau individu tertentu pada tampuk kekuasaan, kemudian berhenti manakala ada yang menyatakan menyerah untuk tetap menyuarakan kebenaran, atas dalih apapun.

...REKONSILIASI TAK AKAN MENGEMBALIKAN KEMATIAN DAN HATI YANG TELAH ROBEK DAN TERLUKA oleh Nasrudin Joha

APAPUN KONSESI YANG DITAWARKAN REZIM, REKONSILIASI TAK AKAN MENGEMBALIKAN KEMATIAN DAN HATI YANG TELAH ROBEK DAN TERLUKA
Ada substansi penting yang perlu dipahami oleh rezim juga kubu Prabowo, bahwa dendam kesumat dan kemarahan itu antara rezim dan umat, bukan sekedar dengan Prabowo, Gerindra atau elit politik. Sehingga, rekonsiliasi yang terjadi antara rezim, Prabowo dan elit partai tidak akan mampu meredam amarah umat, kecuali rekonsiliasi itu memenuhi syarat yang diajukan umat.
Skenario konsesi untuk Prabowo juga elit partai, hanyalah konsesi kekuasaan yang umumnya menjadi orientasi politik partai. Juga, konsesi pengembalian modal politik serta jaminan berbisnis tanpa gangguan dari rezim.

INGAT ! MESKIPUN INI SUDAH BULAN JULI TAPI TETAP TAK ADA OPSI REKONSILIASI ... Oleh : Nasrudin Joha

INGAT ! MESKIPUN INI SUDAH BULAN JULI TAPI TETAP TAK ADA OPSI REKONSILIASI
Sebagian elit partai oportunis hendak mengambil momen lengah umat, untuk menjual komitmen rekonsiliasi kepada rezim untuk di barter dengan remah-remah kekuasaan yang sedikit. Bromocorah politik ini, merapat ke kubu rezim dengan menjual 'komitmen rekonsiliasi' dan menjamin gerbong rakyat yang ada dibelakangnya, akan ikut tunduk taat dan patuh mengikuti kehendak rezim.
Keterangan foto tidak tersedia.
ilustrasi
Para petualang politik ini hendak menjual darah dan bangkai umat, setelah bertarung sekuat tenaga melawan rezim, untuk menangguk kue kekuasaan. Mereka paham, rezim butuh legitimasi untuk membenarkan kemenangan politik yang diperoleh secara curang. Dan ini, merupakan kesempatan emas untuk mengayuh biduk dan berenang diantara bangkai dan darah penderitaan umat.
Rupanya mereka lupa, masih ada aktor dan kelompok politik yang ikhlas. Dan yang pasti, masih ada yang telaten mendampingi umat ini agar tidak terjebak ikut gerbong yang dibawa masuk kejurang kubu rezim.

UMAT TAK TERIKAT DAN TAK AKAN TAAT DENGAN KOMITMEN APAPUN DARI REKONSILIASI ... Oleh : Nasrudin Joha

INGAT ! UMAT TAK TERIKAT DAN TAK AKAN TAAT DENGAN KOMITMEN APAPUN DARI REKONSILIASI YANG KALIAN BUAT
Rekonsiliasi itu hanya untuk elit, jadi jika terjadi itu hanya mengikat elit. Rekonsiliasi itu hanya untuk membagi kue kekuasaan dikalangan elit, jadi tak berpengaruh sedikitpun bagi kemaslahatan umat.
Bagi rezim, rekonsiliasi adalah sarana untuk mencari legitimasi, setelah kemenangan secara curang dilegalisasi MK. Bagi kubu oposisi, rekonsiliasi adalah kesempatan ngalap berkah untuk mendapatkan kursi, setelah tak dapat meraih kekuasan secara mendominasi.
Bagi umat, rekonsiliasi adalah pesta pora diatas bangkai dan penderitaan umat. Perayaan kemenangan diatas kesedihan dan kemarahan umat. Berbagi konsesi kekuasaan, diatas onggokan tulang belulang dan amisnya darah mujahid 21-22 Mei.

MEREKA TIDAK TULUS MAU REKONSILIASI ... Oleh : Nasrudin Joha

MEREKA TIDAK TULUS MAU REKONSILIASI, LANTAS KENAPA KITA MUSTI TUNDUK ?
Rezim Jokowi tak benar-benar tulus ingin rekonsiliasi. Yang mereka butuhkan itu hanya legitimasi kemenangan yang diperoleh secara curang. Bukan ingin rekonsiliasi.
Saat Dahnil Anzar Simanjuntak menyampaikan usul agar rekonsiliasi Jokowi-Prabowo Subianto dimanfaatkan untuk membawa pulang Habib Rizieq Syihab (HRS) ke Indonesia. Kubu TKN Jokowi melalui Hendrawan Supratikno menolak, alasannya rekonsiliasi yang sehat adalah yang memikirkan kepentingan bangsa. Jadi, HRS tidak dianggap sebagai bagian dari aset dan kepentingan bangsa, bahkan boleh jadi HRS dianggap bagian dari musuh bangsa.
Bagi kubu TKN Jokowi, BPN Prabowo bisa menyampaikan syarat apapun, termasuk konsesi berbagi kekuasaan. Dan hal ini, jelas sudah dipersiapkan oleh kubu rezim untuk memuluskan rencana rekonsiliasi untuk melegitimasi Kemenangan Jokowi. Tapi untuk HRS, untuk membebaskan semua tokoh dan ulama yang dikriminalisasi, No way !

KITA WAJIB TERUS MELAWAN Oleh : Nasrudin Joha


UNTUK BANG ASYARI USMAN, KITA WAJIB TERUS MELAWAN
Iya, saya memahami apa yang abang tulis. Tentang adanya sejumlah penulis partisan politik, penulis yang ingin mencari legitimasi untuk membangun Rekonsiliasi dengan rezim curang. Penulis, yang mencoba membuat narasi jahat, melemparkan sejumlah masalah yang diproduksi rezim kepada Relawan.
Penulis- penulis ini tidak menulis, kecuali karena pesanan. Pesanan, yang dijadikan sarana untuk mengantarkan sejumlah petualang politik sampai ke tampuk kekuasaan.
Mereka, barisan pelacur intelektual ini ingin mempermainkan perasaan umat, ingin mengelabui pemikiran umat, yang telah berdarah-darah di garda terdepan melawan rezim curang. Mereka, mencoba membangun narasi bahwa rekonsiliasi bukanlah keinginan tapi pilihan realistis ditengah situasi yang tidak memungkinkan.

Senin, 15 Juli 2019

JOKOWI DAPAT SEMUANYA, PRABOWO BERIKAN SELURUHNYA By Asyari Usman

JOKOWI DAPAT SEMUANYA, PRABOWO BERIKAN SELURUHNYA
By Asyari Usman
Dari pertemuan Lebak Bulus (13 Juli 2019), ada pertanyaan penting: Jokowi dapat apa, dan Prabowo dapat apa? Siap yang untung, siapa yang rugi?
Kalau mau dijawab singkat, itulah judul tulisan kali ini. Yaitu, Jokowi dapat semuanya, sedangkan Prabowo memberikan seluruhnya. Jokowi dapat ‘full package’ dan Prabowo menyerahkan segalanya.
Yang diperoleh Jokowi dan yang diberi Prabowo barangkali tidak ternilai secara material. Maksudnya, saya tidak tahu berapa yang pantas dibayar untuk legitimasi jabatan presiden. Mau Anda sebut 25 triliun? Atau 50 triliun? Wallahu a’lam.

Jumat, 05 Juli 2019

Social Engineering: The Art of Human Hacking



Rekayasa Sosial: Seni Hacking Manusia


gambar (43) 1830687820..jpg
Buku pertama untuk mengungkapkan dan membedah aspek teknis banyak manuver rekayasa sosial  Dari elisitasi, dalih, pengaruh dan manipulasi semua aspek rekayasa sosial dipetik terpisah, dibahas dan dijelaskan dengan menggunakan contoh-contoh dunia nyata, pengalaman pribadi dan ilmu belakang mereka untuk mengungkap misteri dalam rekayasa sosial.

Apa 'framing' dalam konteks social engineering? Kutipan dari buku baru Chris Hadnagy ini menjelaskan.

Kamis, 04 Juli 2019

Kenapa Kalian Sibuk Mau Jumpa Prabowo?

Kenapa Kalian Sibuk Mau Jumpa Prabowo?
By Asyari Usman
Hari-hari ini sibuk sekali Kubu 01 mau mempertemukan Jokowi dengan Prabowo. Entah mengapa mereka di Kubu 01 harus kasak-kusuk agar pertemuan itu terlaksana.
Kalau presiden kalian menang bersih di pilpres 2019 ini, kenapa kalian sibuk mau bertemu dengan Prabowo? Untuk apa? Abaikan saja. Lupakan saja semunya.
Jokowi ‘kan sudah dilegalkan MK tanpa ada satu pun gugatan Prabowo yang diterima. Berarti MK bilang kalian menang bersih. Ya sudah. Makan kalianlah jabatan presiden itu.
Sudah dilegalkan MK, kok. Takut apa lagi? Sudah, ambil sana “hak” kalian itu. Tak usah kalian gubris kami dan Pak Prabowo. Aman kok. Tak akan ada yang mengganggu kalian. Buat saja suka-suka hati kalian.