Minggu, 21 Juli 2019

KITA WAJIB TERUS MELAWAN Oleh : Nasrudin Joha


UNTUK BANG ASYARI USMAN, KITA WAJIB TERUS MELAWAN
Iya, saya memahami apa yang abang tulis. Tentang adanya sejumlah penulis partisan politik, penulis yang ingin mencari legitimasi untuk membangun Rekonsiliasi dengan rezim curang. Penulis, yang mencoba membuat narasi jahat, melemparkan sejumlah masalah yang diproduksi rezim kepada Relawan.
Penulis- penulis ini tidak menulis, kecuali karena pesanan. Pesanan, yang dijadikan sarana untuk mengantarkan sejumlah petualang politik sampai ke tampuk kekuasaan.
Mereka, barisan pelacur intelektual ini ingin mempermainkan perasaan umat, ingin mengelabui pemikiran umat, yang telah berdarah-darah di garda terdepan melawan rezim curang. Mereka, mencoba membangun narasi bahwa rekonsiliasi bukanlah keinginan tapi pilihan realistis ditengah situasi yang tidak memungkinkan.

Seharusnya, semua paham, bagi siapapun yang ingin memimpin umat ini, mereka harus lebih banyak berkorban daripada umat. Mereka, seharusnya berdiri tegak didepan, bukan mencari alasan untuk lari dari gelanggang pertarungan.
Kurang apa pengorbanan umat ini ? Dari Korban berdarah peristiwa 21-22 Mei, hingga 700 lebih nyawa melayang menjadi korban Pilpres curang. Lantas, apa yang sudah dilakukan penulis-penulis culas itu, yang berusaha 'mempahlawankan' sejumlah petualang politik sebagai pihak yang telah banyak berkorban ?
Coba, kita lihat bagaimana pengorbanan HRS, ulama yang diserang orang 'gila' misterius, ulama dikriminalisasi, tokoh yang ditangkapi, yang dituding makar, yang dituding ini itu. Bandingkan, dengan para petualang politik yang disebut 'paling berjasa' mengeluarkan para tahanan korban kezaliman rezim. Apa peran mereka ? Jangan jangan mereka bagian dari skenario rezim ?
Bukankah para tahanan itu dipenjara karena ulah rezim ? Bukankah Pilpres ini telah dimenangkan rezim ? Bukankah tanpa upaya apapun, tahanan itu demi hukum harus keluar ? Bukankah, jika tetap menahan peserta aksi damai di situasi pasca pemenang Pilpres akan berdampak pada kemarahan umat ? Bukankah rezim, setelah menang ingin segera mendapat pengakuan umat dan segera mengulurkan tangan untuk mengikat komitmen rekonsiliasi ?
Lantas apa fungsinya jaminan dari para petualang politik itu ? Bukankah kita patut menduga, jaminan itu bagian dari skenario untuk membangun rekonsiliasi dengan rezim ? Bukankah, para petualang politik itu berpotensi ingin menancapkan kuku, berperan sebagai penjamin, yang seolah olah karena peran mereka tahanan aksi 21-22 Mei lepas ?
Lantas, dengan andil dan peran palsu itu, kemudian para petualang politik itu merasa berhak mengajak umat untuk berdamai dan membangun rekonsiliasi dengan rezim ? Dan, kemudian penulis partisan politik itu mendapat mandat untuk menyiapkan prakondisi, menyiapkan opini pembenaran merapat ke kubu rezim dan melampiaskan seluruh kesalahan kepada para Relawan ? Jahat sekali penulis model begini ?
Karena itu bang, kita tetap harus terus menulis, dan membongkar semua skenario jahat rezim dan anteknya, termasuk para penulis partisan rendahan itu.
Disitulah pentingnya kita, para penulis waras tetap berada dibarisan umat, dan tak boleh berhenti untuk mengingatkan umat ini agar jangan sekali kali membuat komitmen rekonsiliasi dengan rezim curang. Tanggung jawab ini, bukan saja demi kita yang masih hidup, tetapi demi mengemban amanah para Syuhada yang meregang nyawa karena kebiadaban rezim zalim.
Saya telah menyiapkan dua tangan, untuk menampar para penulis liar itu, yang berusaha menyalahkan relawan dan mengarahkan umat untuk menyerah pada rezim zalim. Setelah tulisan ini, saya mengingatkan agar umat teliti membaca artikel penulis liar itu dan tidak serta merta memviralkannya.
Bang Asyari Usman, percayalah. Kita akan terus berjuang. Kita akan terus melawan ! [].

Copas: https://www.facebook.com/search/top/?q=nasruddin%20joha&epa=SEARCH_BOX

Tidak ada komentar:

Posting Komentar